MAKALAH
ANGKA MELEK HURUF (AMH)
DI KABUPATEN BANJAR
OLEH
NAMA : SITI SALASIAH
NIM
: A1A511208
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pembangunan pendidikan di Indonesia
telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang
didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar
9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini
terlihat dari meningkatnya partisipasi sekolah dasar dari 41 persen pada tahun
1968 menjadi 94 persen pada tahun 1996, sedangkan partisipasi sekolah tingkat
SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993 menjadi 80 persen tahun 2002
(Oey-Gardiner, 2003).
Tetapi dibalik keberhasilan
program-program tersebut, terdapat berbagai fenomena dalam sektor pendidikan.
Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah dasar dan ketidakmampuan untuk
meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan hal yang cukup banyak
menjadi sorotan di dunia pendidikan. Kasus putus sekolah yang juga banyak
terjadi terutama di daerah pedesaan menunjukkan bahwa pendidikan belum banyak
menjadi prioritas bagi orang tua. Rendahnya prioritas tersebut antara lain
dipicu oleh akses masyarakat terhadap pendidikan yang masih relatif kecil,
terutama bagi keluarga miskin yang tidak mampu membiayai anak mereka untuk meneruskan
sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Selain itu, ujian akhir sekolah dianggap tidak dapat
menjadi ukuran kemampuan murid. Nilai rata-rata ujian akhir yang rendah
seringkali diikuti oleh persentase kelulusan yang cukup tinggi. Pada tahun
ajaran 1998/1999, rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA di Indonesia
adalah 3,99. Padahal nilai minimum untuk lulus adalah 6. Tetapi pada periode
tersebut, 97 persen siswa SMA dinyatakan lulus (Oey-Gardiner, 2000). Hal ini
menunjukkan bahwa nilai ujian akhir bukanlah satu-satunya alat untuk menyaring
kelulusan murid. Namun yang terpenting adalah bagaimana cara untuk memberantas
buta huruf yang ada di Indonesia, khususnya yang akan di bahas dalam makalah
ini adalah tingkat pendidikan dan melek huruf yang di kabupaten Banjar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang
di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
persentase melek huruf yang ada di kabupaten Banjar ?
2. Bagaimana
kualitas penduduk menurut tingkat pendidikan?
3. Apakah
yang menyembabkan rendahnya tingkat pendidikan yang ada di kabupaten Banjar?
C.
TUJUAN
1.
Mendeskripsikan
persentase angka melek huruf (AMH) yang ada di
kabupaten Banjar.
2. Menjelaskan
mengenai indeks pembanguanan (IPM) khususnya dibidang pendidikan
3.
Meningkatkan tingkat
pendidikan penduduk yang ada di kabupaten Banjar
D.
MANFAAT
1. Dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan buta huruf
2. Dan
untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam hal menyerap
informasi, serta menunjukkan kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara
lisan dan tertulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
PENGERTIAN MELEK HURUF
Melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) adalah kemampuan membaca dan
menulis. Lawan katanya adalah buta
huruf atau tuna aksara
dimana ketidak mampuan membaca ini masih menjadi masalah terutama di
negara-negara Asia selatan,
arab, dan Afrika utara (40% sampai 50%). Asia timur dan Amerika selatan
memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek
aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang bisa menulis dan membaca.
Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan,
mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara.
Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang
lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam
masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat
tersebut.
Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut:
Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti,
menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks
yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai
situasi.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran
berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya,
dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan,
menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak
ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu
daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang
yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara,
dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki status sosial ekonomi,
kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. Argumentasi para
analis kebijakan ini juga menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti
peningkatan peluang kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih
tinggi.
Sebagai contoh di Kerala, India,
tingkat kematian wanita dan anak-anak menurun drastis pada tahun 1960an, saat
anak-anak gadis terdidik disaat reformasi pendidikan setelah tahun 1948 mulai
berkeluarga. Walaupun begitu riset terbaru beragumentasi bahwa hasil yang
didapat di atas mungkin lebih banyak disumbangkan sebagai hasil dari
disekolahkannya anak-anak tersebut dibandingkan dari kemampuan baca-tulisnya
saja. Walaupun begitu, diseluruh dunia fokus dari sistem pendidikan tetap
merupakan konsep-konsep yang meliputi komunikasi melalui teks dan media cetak,
dan hal ini masih merupakan dasar dari definisi melek aksara.
B.
DEFINISI PENDUDUK
Pengertian
PendudukPenduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatuwilayah yang
terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan salingberinteraksi satu sama lain
secara terus menerus / kontinu. Dalamsosiologi, penduduk adalah kumpulan
manusia yang menempatiwilayah geografi dan ruang tertentu. Penduduk suatu
negara ataudaerahbisa didefinisikan menjadi dua:
1.
Orang yang tinggal di daerah tersebut
2.
Orang yang secara hukum berhak tinggal
di daerah tersebut.Dengan kata lain orang yang mempunyai surat resmi untuk
tinggaldi situ. Misalkan bukti kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal didaerah
lain.Kepadatan penduduk dihitung dengan membagi jumlahpenduduk dengan luas area
dimana mereka tinggal.Pertambahan Penduduk di IndonesiaPenduduk dunia saat ini
telah mencapai lebih dari 6 miliar,dimana di antara jumlah tersebut, 80 persen
tinggal di negara-negaraberkembang. Sementara itu, United Nations (2001)
memproyeksikanbahwa penduduk perkotaan di negara-negara berkembang
terusmeningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,4 persen per tahun. Angkaini
merupakan dua kali lipat angka pertumbuhan penduduk totalnegaranegaraberkembang
pada umumnya, yakni sekitar 1,2 persen. Meskipenduduk perkotaan di
negara-negara maju juga meningkat denganangka pertumbuhan yang lebih besar
daripada angka pertumbuhanpenduduk totalnya, dan juga angka urbanisasinya jauh
lebih besardaripada negara-negara berkembang, pertumbuhan perkotaan
dinegaranegaraberkembang tetap lebih cepat disertai dengan meningkatnyapenduduk
perkotaan secara absolut.Sensus Penduduk 2000 menunjukkan bahwa jumlah
pendudukperkotaan di Indonesia telah mencapai lebih dari 85 juta jiwa, denganlaju
kenaikan sebesar 4,40 persen per tahun selama kurun 1990-2000. Jumlah itu kira-kira hampir 42 persen dari total jumlah penduduk.Mengikuti
kecenderungan tersebut, dewasa ini (2005)diperkirakan bahwa jumlah penduduk
perkotaan telah melampaui 100 juta jiwa, dan kini hampir setengah jumlah penduduk Indonesia
tinggaldi
wilayah perkotaan. Hal ini tentu saja berdampak sangat luas padaupaya
perencanaan dan pengelolaan pembangunan wilayah perkotaan.Meningkatnya proporsi
penduduk yang tinggal di perkotaandapat berarti bahwa penduduk
berbondong-bondong pindah dari perdesaan ke perkotaan.
C.
KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT TINGKAT
PENDIDIKAN
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di dasarkan pada :
1.
Kemampuan membaca dan menulis
Penduduk dikatakan bisa membaca dan menulis
jika mereka dapat membaca dan menulis kalimat sederhana, khusus orang tuna
netra dapat membaca dan menulis huruf braile.
Kemampuan penduduk untuk membaca dan
menulis dapat dijadikan tolok ukur kemajuan suatu Negara, di mana Negara-negara
maju biasanya penduduknya yang mampu untuk membaca dan menulis lebuh besar
dibandingkan dengan Negara-negara berkembang dan Negara miskin.
2.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan
Tamat artinya mereka yang meninggalkan
sekolah setelah mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi sampai akhir pada
suatu jenjang pendidikan dengan mendapat tanda tamat/ijazah baik dari sekolah
negeri maupun swasta. Biasanya disajikan dalm persentase per jenjang pendidikan
yang ditamatkan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
ANGKA
MELEK HURUF
Salah satu indikator pencapaian
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan menurut MDGs adalah angka melek
huruf penduduk usia 15-24 tahun. Kelompok penduduk usia sekolah ini adalah
kelompok penduduk usia produktif, sebagai sumber daya pembangunan yang seharusnya
memiliki pendidikan yang memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak. Oleh karena itu, dianggap penting untuk melihat perkembangan
kemajuan indikator ini. Secara nasional rata-rata buta huruf perempuan lebih
tinggi dibanding laki-laki. Namun demikian, di beberapa daerah seperti Sumatera
Barat,Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, NTT, Kalteng, Sulteng, dan
Sulsel angka buta huruf laki-laki jauh lebih tinggi dibanding perempuan. Perlu
dilakukan analisis lebih dalam untuk mengetahui alasan mengapa penduduk
laki-laki muda di daerah-daerah tersebut masih banyak yang belum mampu membaca
dan menulis. Dalam aspek ini, baik perempuan dan laki-laki kelompok umur 15-24
tahun membutuhkan intervensi pemerintah dan masyarakat agar mereka tidak buta
huruf dan mampu mengakses lapangan pekerjaan. Mengutip pernyataan Direktur
Eksekutif UNICEF Ann M. Veneman pada peringatan Hari Penghapusan Kemiskinan
Sedunia (17 October 2009), hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa investasi
sebesar $1 untuk pendidikan bagi anak perempuan akan menghasilkan peningkatan
10 kali lipat produktivitas lebih banyak dibandingkan dengan investasi pada
anak laki-laki. Dengan demikian, mempercepat kesetaraan laki-laki dan perempuan
yang melek huruf akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan produktivitas yang
meningkat.
B.
KUALITAS
PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANJAR
Menurut tingkat pendidikannya,
penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk yang buta huruf dan yang melek
huruf. Penduduk yang melek huruf dapat dikelompokkan lagi menurut tingkat
pendidikannya, seperti kelompok tidak sekolah, tidak tamat Sekolah Dasar, tamat
Sekolah dasar, tamat Sekolah Menengah Pertama, tamat Sekolah Menengah Atas, tamat
Akademi/Perguruan Tinggi, dan lain-lain.
Data tingkat pendidikan akan
membantu pemerintah dalam menganalisis kemajuan penyelenggaraan pendidikan.
Misalnya, pada tahun lalu jumlah penduduk yang masih buta huruf ada dua juta
dan data tahun ini jumlahnya masih tetap dua juta, maka pemerintah akan segera
mengevaluasi efektivitas program pemberantasan buta huruf. Selain itu, manfaat
lain yang dapat diperoleh adalah untuk mengetahui kemajuan sumber daya manusia
yang terdapat di suatu wilayah.
Tingkat pendidikan berkaitanerat
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat pendidikan yang
tinggi memungkinkan penduduk mengolah sumber daya alam dengan baik. Di samping itu, penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi memudahkan penduduk dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup,
sehingga taraf hidupnya selalu meningkat. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang
rendah dapat menyebabkan lambannya kenaikan taraf hidup dan akibatnya kemajuan
menjadi terhambat.
C.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) / Human
Development Index (HDI)
adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.
Indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur pencapaian
rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia:
- hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran
- Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar , menengah , atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).
- standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.
D.
PENYEMBAB
RENDAHNYA TINGKAT PENDIDIKAN
Tingkat pendidikan di Indonesia memang mengalami kemajuan.
Meskipun demikian, tingkat pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN pun Indonesia tergolong paling rendah.
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia adalah
sebagai berikut.
a. Masih kurangnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya pendidikan. Sebagian penduduk masih menganggap bahwa sekolah
itu tidak penting. Untuk bekal hidup seseorang anak cukup melanjutkan pekerjaan
orangtua secara turun-temurun.
b. Pendapatan penduduk yang rendah
menyebabkan anak tidak dapat melanjutkan sekolah karena tidak mempunyai biaya.
c. Tidak meratanya sarana pendidikan.
Sarana pendidikan yang dimaksud, misalnya gedung sekolah, ruang kelas,
buku-buku pelajaran, alat-alat praktikum, guru yang berkualitas, dan lain-lain.
Kurangnya gedung sekolah dan kurang meratanya gedung sekolah menyebabkan
jangkauan pendidikan tidak merata. Kurangnya buku-buku pelajaran, alat-alat
praktikum, dan guru berkualitas akan menyebabkan proses belajar tidak berjalan
dengan optimal.
E.
RUMUS
ANGKA MELEK HURUF (AMH)
Angka melek huruf (AMH) penduduk usia 10+
AMH penduduk usia 10+ adalah jumlah
penduduk berusia sepuluh tahun keatas yang dapat membaca dan menulis kalimat
sederhana dengan huruf latin.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Rumus yang digunakan:
AMH =
|
penduduk
usia 10+ ( melek huruf )
|
X 100%
|
|
||
Jumlah
penduduk usia 10+
|
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Angka melek huruf (AMH) atau kemampuan penduduk untuk menulis
dan membaca di kabupaten Banjar pada
tahun 1990 yaitu sebesar 91,65 %, pada tahun 2005 yaitu 97,24 %, dan pada tahun
2010 yaitu 93,36 %. Kemampuan menulis dan membaca ini dianggap penting karena
melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut
dapat mencapai tujuannya. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) / Human
Development Index (HDI)
adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua
negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah
negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh
dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Untuk meningkatkan
pendidikan penduduk, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu dengan
membangun sekolah-sekolah baru terutama di daerah yang kurang jumlah sekolahnya,
mengadakan perbaikan dan penambahan alat-alat praktikum, laboratorium,
perpustakaan, dan buku-buku pelajaran, menambah dan meningkatkat kualitas guru,
merancang program wajib belajar dan orang tua asuh, memberikan beasiswa kepada
murid-murid yang berprestasi atau yang memerluakan bantuan, dan menjalankan
Undang-Undang Dasar khususnya pasal 31 tentang pendidikan.
Kalau untuk memghitung MAH sdh ada rumusnya... Skarang yg menjadi pertanyaan berapa sih nilai minimal MAH yang harus diraih sehingga suatu daerah bisa dikatakan terbebas dari Buta huruf ?
BalasHapusKalau untuk memghitung MAH sdh ada rumusnya... Skarang yg menjadi pertanyaan berapa sih nilai minimal MAH yang harus diraih sehingga suatu daerah bisa dikatakan terbebas dari Buta huruf ?
BalasHapus